Setiap diri, sama-sama menggenggam 24 jam dalam satu hari. Terbuang sia-sia atau penuh manfaat di setiap menitnya menjadi tanggung jawab dan pilihan masing-masing.
Diantara kita pasti pernah mengalami masa-masa dimana 24 jam terasa kurang ketika antrian tugas dan pekerjaan yang menunggu giliran untuk disentuh menggunung. Bukan kita yang mengatur waktu, tapi kita diatur oleh waktu, lupa hal essensial dan mendasar yang terpenting dalam hidup.
Pertajamlah mata hati, lihat sekeliling, akan banyak pelajaran hidup dari keseharian yang kita jalani dan mengambil keindahan pelajaran yang bisa membuat kita lebih bersyukur dan menjalani hidup dengan penuh makna, apapun kondisinya.
"Waahh....saya mah Sibuk Banget, banyak kerjaan, ngga sempet ngapa-ngapain...!"
Tanpa mesin ketik, apalagi komputer. Sewaktu duduk di mejanya pun si-ibu ini kelihatan bingung hendak mengerjakan apa hari ini, dan akhirnya hanya bisa mengeluarkan handphone dan mulai sibuk olahraga jari.
Setiap pagi, sang-ibu mengantar ketiga anaknya ke sekolah dengan motor, sambil menggendong si-bungsu. Setelah itu, mampir ke pasar untuk berbelanja. Jam istirahat makan siang, kembali ke sekolah untuk mengantar makan siang buat para jagoannya.
Tidak pernah terlontar kata sibuk dari mulutnya.
Ibu tetanggaku ini selalu tersenyum ketika bicara, ada kesejukan dan semangat yang menular pada lawan bicara ketika dia berkata-kata. Kombinasi dari Semangat, Kerja Keras dan Positif Attitude yang melahirkan respek otomatis dari siapa saja yang mengenalnya.
Satu hal lagi, diantara 24 jam waktunya, masih tersisa "me time" yang entah bagaimana caranya bisa dia “curi” untuk membaca buku-buku yang lagi happening, buat Suntikan Diri katanya waktu itu.
Kemudian, berkaca kepada teman semasa SMP. Seorang ibu dari 6 orang putera-puteri, 3 laki-laki dan 3 perempuan, yaa enam orang anak. Tertua sudah lulus kuliah, sementara yang bungsu belum genap 7 tahun.
Teman saya ini lulusan dari universitas negeri ternama di Bogor. Sempat bekerja sebagai direktur operasional yayasan baby sitter muslimah, guru TK dan penulis.
Sebagai penulis, banyak sudah buku-buku yang berhasil diterbitkan, dari mulai buku-buku pelajaran, buku anak-anak, buku kesehatan dan budidaya tanaman serta antologi motivasi.
Kecintaanya dengan dunia literasi, disalurkan melalui salah satu profesinya saat ini, yaitu sebagai Freelancer Writer, sudah tidak terhitung karya yang dihasilkannya.
Kawan saya ini fokus utamanya adalah keluarga, dengan 6 orang anak yang menjadi sentral kehidupannya, dia memutuskan untuk membuka bimbingan belajar dan les privat dihalaman rumah, berbagi waktu dengan tugas utama sebagai ibu dan istri, kegiatan tersebut masih berlangsung sampai dengan saat ini.
Selain sebagai pemilik, dia juga menjadi pengajar di bimbel itu, dibantu dengan beberapa pengajar lain. Bimbel dirumahnya di mulai dari jam 2 siang hingga jam 10 malam.
Menulis dan membaca dilakukan jika anak-anak dan suaminya sudah berangkat dan pekerjaan harian rumah tangga sudah selesai. Lalu, artikel-artikel ringan diproduksi di sela-sela mengajar bimbel.
Jika ada pesanan tulisan diluar jadwal menulis rutinnya dengan tenggat waktu cepat, teman saya akan bangun malam untuk menulis. Kegemarannya membaca tak pernah surut, dari seluruh hari-harinya, selalu ada waktu untuk membaca buku, mengikuti training ataupun menjalankan aktivitas lain diluar jadwal rutin.
Oya, pekerjaan rumah tangga dilakukan tanpa bantuan asisten. Prinsip hidupnya luar biasa, tetap produktif serta menebarkan sebanyak mungkin manfaat dari rumah.
Cobalah berbincang ringan dengan teman saya ini, senyum tak lepas dari bibirnya sepanjang percakapan, yaa....lelah memang samar tergambar di wajahnya, namun binar mata dan lembut suaranya mampu menghidupkan sisi optimisme lawan bicara.
Menarik nafas dalam, Duuhhh, Malu rasanya pernah meng-Klaim diri Sibuk ..
Referensi: Tribun News Bogor
No comments:
Post a Comment