Wednesday, July 19, 2017

Alhamdulillah Anak ku Nakal

Anak kita Nakal, atau.......Orang tua yang kurang sabar ?


DEG..... Kalimat pembuka diatas betul-betul kena’ sekali dihati. Kalimat itu adalah kalimat pembuka dari Bapak Munif Chatib pada Seminar Pendidikan di Sekolahnya Khairan, PG-TKIT Riyadh El Jannah Islamic School, Bekasi, 20 April, 2013 lalu. Kahla adalah sulung-ku dan Khairan itu si-bungsu.


Setiap anak, membawa  didalam dirinya, sebuah bakat unik yang diperlukan oleh seluruh dunia, sebuah anugerah alami dari Allah SWT yang harus disingkapkan dan disuburkan, sebuah anugerah istimewa yang menjadi tanggung jawabnya kelak untuk dirawat serta disumbangkan bagi kemashlahatan umat. Terkadang anugerah tersebut dikemas dalam bentuk keunikan tingkah laku yang sering disalahartikan oleh para orang tua dan guru sebagai bentuk kenakalan, sehingga kita menyikapinya dengan cara yang salah. Bagaimana cara kita sebagai orang tua dan pendidik menyingkap dan menyuburkan anugerah tersebut?

Pertanyaan inilah yang coba untuk dirumuskan jawabannya oleh PG-TKIT REJIS dalam seminar pendidikan dengan tema “ ANAKKU NAKAL ATAU KREATIF YA?” Seminar ini akan mengajak para orang tua dan guru menyadari bahwa Manusia Dirancang untuk Belajar. Anak-anak mungkin menolak untuk diajari, atau, lebih tepatnya menolak cara pengajaran dan materi yang diajarkan, namun...mereka tidak menolak belajar. Tidak ada anak manusia yang tidak mau belajar.


       


Sharing berikutnya benar-benar bikin dada ini sesak dan membuat para peserta seminar yang hadir berkaca-kaca.....“BAITI JANNATI” .........”Rumahku-Syurgaku”

Disyurga ini, Anak dalam :
  • 7 tahun pertama-nya adalah RAJA, kemudian
  • 7 tahun kedua-nya adalah PEMBANTU (Khadimat), yang harus taat dalam menjalankan perintah, sedangkan
  • di 7 tahun ketiga-nya, anak adalah MENTERI, yang bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya (Muhammad Rasulullah SAW).

Ingat yaa, di 7 tahun pertama, anak kita adalah Raja....Apa kerajaannya??
Kerajaannya itu ya Bermain. Masa’ Raja kita pukul....Rajaaa kok dicubit.....Raja dipelototin, Raja kok dibentak.....Dipecat kita jadi hambanya....! Berapa banyak “teriakan-teriakan tarzan” kita dalam sehari? Tidak usah sehari deh, dalam 5 jam misalnya....yuuk coba kita hitung, 1 kali saja teriakan kita kepada si ”Raja kecil” ini, akan memutus ratusan koneksi antar sel otak (Sinaps), yang seharusnya membentuk rangkaian kepintaran baru anak kita.

Jadi, kalau dalam 1 jam saja sudah ada 5 kali teriakan atau cubitan atau pelototan atau larangan, berarti dalam 5 jam, sudah 25 kepintaran baru yang kita “matikan”. Kalau dalam 24 jam? Bagaimana kalau dalam 8 tahun? Tidak terhitung kepintaran-kepintaran yang dibawanya sejak lahir kita paksa untuk mati.

Menurut Bapak Munif Chatib, 7 Tahun Pertama, Tahun si Raja Kecil, Orang tua seyogyanya:

  1. Bebas membiarkan mereka bertindak, berkeinginan, memberikan perintah, bermain dan bersenang-senang.
  2. Memperhatikan mereka dengan santun, dengan kelembutan dan kasih sayang.
  3. Memberikan jawaban-jawaban positif atas semua pertanyaan mereka.
  4. Tidak perlu melakukan upaya disiplin yang kaku dan keras.
  5. Anak terdidik dengan mengambil contoh dari orang tua, keluarga, guru dan lingkungannya.
  6. Orang tua hanya menjaga agar kebutuhan anak akan kebebasan senantiasa terpenuhi tanpa harus melupakan keamanan dan keselamatannya (suka sama point no. 6 ini) .
  7. Menemani anak dengan kuantitas pertemuan yang lebih banyak.
Ilustrasi Nyata 1:
Suami-istri rekan dari pembicara kita hendak meninggalkan rumah dengan menggembok kemudian merantai pintu pagar rumah mereka. Rumah tersebut memang terletak di pinggir jalan yang ramai. Sementara dari dalam terlihat anak laki-lakinya berusaha sekuat tenaga keluar dari “penjara” rumahnya. Dia melompat, menggoyang-goyang pagar dan berteriak. Ketika menyaksikan hal itu, Pak Munif meminta rekannya untuk membuka kembali gembok dan rantai. Sang-anak kegirangan bukan kepalang. Dengan santun anak ini ditanya oleh Pak Munif....
MC         : ”Kamu mau menyebrang nak?’’
Anak      : “Iyyaa..Pak Munif”....
MC         : “Yuk, sama bapak” (bergandengan, bersiap untuk menyebrang) ... “Nahh, kalau mau menyebrang harus lihat kanan dan kiri (diberi contoh 
               kalau sudah sepi tidak ada motor atau mobil yang lewat, baru boleh menyebrang...ngerti nak?”  

Anak      : “Ngerti pak”....
MC         : “Sekarang sudah boleh menyebrang belum?” (si-anak diuji).....
Anak      : “Belum Pak Munif” .....
MC         : Tidak lama ditanya lagi, “sudah boleh menyebrang belum?”
Anak      : Anak itu geleng-geleng, “belum Pak Munif” ....
MC         : “Nahh, kalau sekarang?”
Anak      : “Boleh menyebrang pak” katanya dengan wajah riang....
Dituntunlah sang anak menyebrang jalan......dan... terjadilah Sinaps itu


Ilustrasi Nyata 2:

Pak Munif berkunjung kerumah temannya yang kebetulan baru saja membeli seperangkat mebel baru lengkap dengan mejanya. Meja itu adalah meja yang sedang in saat ini. Meja berlapis kaca dengan pemandangan ala lautan dibawahnya. Tanpa diduga, anak mereka secepat kilat naik ketas meja ... ”Ciiaaattt” dengan tangkas dan cepat orang tuanya menarik anaknya dari atas meja sambil ‘berceramah’  “Iiiihhh,  nakal amat sich, ini meja baru beli, mahal Nak !” ... Tanpa jera, setelah diangkat paksa, tidak sampai 3 menit sang anak naik lagi keatas meja....kejadian tersebut berulang sampai 3 kali, mungkin karena malu dengan tamunya, anak tersebut dihadiahi cubitan.....Menangislah dia...(saya pun ikut menangis...).

Akhirnya, Pak Munif menuntun anak itu ke meja. Kemudian ditanya, “kakak mau lihat ini?” (sambil menunjuk pemandangan laut dimeja). Dengan masih sesenggukan dia mengangguk, digendongnya sang anak keatas meja. Wahhh, sukar dilukiskan pendar cahaya yang ada diwajahnya ketika mukanya didekatkan kekaca. “Itu apa Pak Munif?”, “Itu pasir laut nak”, “Kalau itu apa pak?” “Itu kerang”... dan serentetan pertanyaan sederhana lainnya, semua dijawab dengan sabar. Tidak puas hanya dengan melihat, dia pun ingin menyentuh....Silahkan. Dan...... terjadilah sinaps itu

“Biarkanlah anak-anak kalian BERMAIN dalam 7 tahun pertama, kemudian DIDIK dan BIMBINGLAH mereka dalam 7 tahun kedua sedangkan 7 tahun ketiga jadikanlah mereka senantiasa bersama kalian dalam MUSYAWARAH dan MENJALANKAN TUGAS” (Muhammad Rasulullah SAW).


APABILA 7 TAHUN KE-3 INGIN BERHASIL, MAKA
7 TAHUN KE-2 HARUS BERHASIL, Syaratnya
7 TAHUN KE-1 HARUS BERHASIL


5 Fitrah Anak Usia Dini yang terkadang kita abaikan: 

1. Suka Menangis (baca: Berhati Lembut)
Fitrah anak-anak adalah suci, bersih dari dosa. Hatinya belum ternoda. Coba, pandangi wajah mereka dalam-dalam.....terpancar kan kelembutan hatinya. Terus, kenapa mereka suka menangis? Karena hatinya begitu lembut. Makhluk yang paling berhati lembut di dunia ini adalah anak usia dini. Ketika dia menangis berarti ada yang mengoyak-ngoyak hati lembutnya. Pasti ada sesuatu yang menyakiti hatinya. Dalam Islam, kita (orang dewasa) disuruh banyak menangis....karena disadari atau tidak, dengan menangis hati menjadi lembut.

2. Suka  Bermain Tanah (baca: Mengenal siapa dirinya)
Ini Fitrah lho...mau dia anak Indonesia, anak-anak dari Eropa atau Afrika....anak-anak pasti suka bermain tanah. Mereka tahu darimana mereka berasal dan tahu kemana mereka akan kembali, sedangkan kita yang dewasa sering lupa asal dan tujuan kita.

3. Tidak Dendam (baca: Tidak mempunyai perasaan dendam)
Seandainya dunia diisi dengan anak usia dini, pasti tidak akan ada perang. Pernah lihat kan anak-anak sering berkelahi gara-gara hal yang sepele, berebut mainan, berebut makanan, tersinggung. Mereka memang mudah berkelahi tetapi mudah juga untuk memaafkan. Baru saja dorong-dorongan sampai jatuh......tidak sampai semenit sudah main bareng lagi. Terkadang bapak dan ibunya yang tidak berteguran berminggu-minggu.

4. Tidak Pernah Menyimpan untuk Besok (baca: Suka Berbagi)
Apa yang didapat hari ini, yaa untuk dihabiskan hari ini. Tidak pernah anak-anak menyimpan untuk besok. Makanan yang ada pun suka dibagi-bagi. Karena keyakinan yang sudah menjadi fitrahnya akan rizki yang dijamin Allah SWT.

5. Cepat Membuat dan Cepat Merusak (baca: Tidak Materialis)
Pernah lihat anak-anak bermain balok? Mereka pasti tanpa berpikir panjang langsung  membentuk sesuatu dari balok-balok itu, dan tidak berapa lama kemudian dihancurkan tanpa beban. Itu sebetulnya fitrah mereka yang tidak diperbudak dunia dan mengerti bahwa tidak ada yang kekal didunia ini.
   
Pemaparan diatas merupakan Dimensi Spiritual, Dimensi Pertama yang menjadi paket utuh seorang anak. Selain itu ada dimensi-dimensi lain yang menyertai kelahiran anak ke dunia, yaitu Dimensi Fisik, Dimensi Psikologis, dan Dimensi Otak (Perkembangan Otak Anak Usia Dini).

Saya paling ingat dengan penjelasan Pak Munif Chatib mengenai Dimensi Fisik. Ini yang selalu menjadi tolok ukur saya ketika melihat Kahla dan Khairan mulai “beraksi”.

Begini ceritanya....

Jarak dari meja makan menuju kulkas tidak sampai 2 meter, tetapi anak-anak pasti berlari untuk sampai ke kulkas. Kalau ada di suatu tempat atau ruangan yang luas, pasti lah anak-anak kita langsung lincah, berlari kesana kemari, pakai acara jatuh-jatuhan segala.

Tangga. Pernah lihat ada anak yang diam saja ketika bertemu tangga (Mau tangga biasa ataupun tangga jalan) ? Tidak pernah lihat kan?  Bisa dipastikan anak-anak itu akan coba-coba naik tangga, ketika sudah sampai diatas pasti mereka mencoba turun lagi... begitu seterusnya, tidak ada capeknya.

Nahh.....kalau sudah timbul gelagat mau marah melihat buah hati kita seperti itu, coba ajukan “statement” kedalam otak kita...”Kalau anak saya sudah SMA nanti masih lari-lari ketika menuju kulkas, itu baru aneh!”...”Kalau anak saya sudah SMA masih joget-joget atau lari-lari melihat lapangan, itu baru aneh!”.....”Kalau anak saya sudah SMA masih kesenangan bolak-balik naik turun tangga, itu baru aneh!”.

Statement tersebut sebagai pembanding dan penyadar bahwa anak kita masih kecilll lho ! memang sudah kebutuhan dasar fisiknya, diulang yaaa, SUDAH KEBUTUHAN DASAR FISIKNYA, untuk bergerak. Dengan bergerak, motorik kasar dan motorik halusnya semakin terlatih dan kuat....Bukan berarti juga kita tidak memperhatikan keselamatannya....mentang-mentang lagi masa perkembangan otot, maka anak kita dibiarkan saja sendirian naik tangga....tidak seperti itu juga ya...tetap Dampingi dan Awasi.

Duhh, rasanya kurang sekali waktu dua jam untuk "mencuri" ilmu dari seminar ini. Andaikan mungkin, terpampang di hadapan kita video tape yang me-rewind semua aktivitas orang tua bersama malaikat-malaikat kecilnya mulai dari mereka lahir sampai dengan saat ini.........

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kerjasama yang indah, penuh warna dan kekeluargaan antara kepala sekolah, para guru dan PGTKIT REJIS juga pihak Yayasan, tidak ketinggalan para orang tua murid, telah melahirkan pemahaman lebih dalam mengenai anugerah terindah yang telah diamanahkan kepada kita.

Semoga Bermanfaat....








No comments:

Post a Comment