Monday, December 27, 2021

MANUAL BOOK MANUSIA

        

Image Source: dreamstime.com

Meja kerja, dibeli di IKEA tergeletak manis di depan mata, berupa kardus datar dan tebal berbentuk persegi panjang lumayan besar. Penggemar Ikea mahfum bahwa pabrikan asal Swedia ini, untuk sebagian besar furniturenya, dijual ke konsumen tidak dalam bentuk produk jadi, melainkan dalam bentuk produk siap rakit. Kecuali bersedia membayar ekstra lumayan untuk minta dirakitkan.

Kembali ke kardus besar tadi. Begitu banyak bagian meja, besar-kecil yang mesti dirakit, belum lagi mur dan baut berbagai bentuk dan ukuran. Namun, bukan Ikea namanya kalau tidak bisa membuat siapa saja yang membeli produk mereka pasti bisa merakitnya secara mandiri.

Yaa, Dalam setiap produk rakitan Ikea selalu disertai petunjuk cara merakit yang sangat detail, mulai dari pengelompokan mur dan baut, urutan pemasangannya sampai dengan alat tambahan yang perlu digunakan. Urutannya pun sangat jelas dan rinci, disertai gambar hasil akhir setiap tahapan. Asal mau jeli dan sabar mengikuti petunjuk, pasti bisa. 

Pernah juga beli beberapa barang online yang harus dirakit, namun petunjuk perakitan minim informasi dan terkesan asal buat, sehingga terkadang hasil akhirnya salah, tidak jarang barang malah rusak karena itu tadi, petunjuk tidak jelas terus berusaha utak-atik sendiri.

Beralih ke Mobil, pernah lihat manual book mobil? Mayoritas pasti pernah. Kemudian, pernah membaca manual tersebut? Sepertinya jarang yang rajin membaca manual book mobil sampai tuntas, ada, tapi tidak banyak. Padahal manual book tersebut berisi banyak sekali informasi nan penting dan super detail mengenai mobil berharga ratusan juta atau bahkan milyaran yang kita beli. Salah mengoperasikan karena ketidaktahuan bisa berakibat fatal buat pengendaranya dan pastinya pabrikan mobil tidak sembarangan dalam membuat manual tersebut. 


Manual Book Mobil
Credit: Haynes Publishing

Nah, kalau manual book handphone bisa jadi masih banyak yang membaca petunjuk penggunaannya secara tuntas untuk maksimalisasi pemberdayaan handphone, sehingga tidak satu fitur baru pun terlewatkan tanpa tahu apa fungsinya.

Untuk perusahaan, baik skala kecil maupun besar, mereka mempunyai SOP, Standard Operating Procedure. Prosedur standar bagaimana perusahaan tersebut menjalankan bisnisnya sehingga visi dan misi perusahaan bisa tercapai. Lengah dalam masalah SOP ini mampu membuat perusahaan melenceng jauh dari visi-misi mereka.

Rasa-rasanya hampir semua hal penting di sekeliling kita memiliki manual book, disadari atau tidak, formal maupun informal. "Petunjuk penggunaan - pengoperasian, cara pemakaian - menjalankan" adalah salah satu bentuk dari manual book. Menuntun kita untuk memahami dan mengerti hasil akhir, juga rangkaian proses untuk menuju hasil akhir tersebut, serta kemudian cakap menggunakan, menjalankan dan mengoperasikan runutan aktivitas yang tertera didalamnya, sehingga kesalahan bisa diminimalisir. Terpenting, manual book mana yang mau kita yakini kemudian hendak kita ikuti petunjuknya, apakah manual book asli keluaran pabrikan atau sembarang petunjuk yang tidak jelas asalnya. 

Sudah dapat gambaran kan betapa pentingnya manual book dalam kehidupan kita.


Lantas, Bagaimana dengan MANUSIA?

Salah satu makhluk bumi, yang notabene jauh lebih kompleks dari seluruh apapun yang pernah dibuat dan diciptakan oleh manusia itu sendiri, juga lebih tinggi derajatnya dari seluruh ciptaan Allah yang menghuni bumi. 

Pilihan Arah Tujuan dalam Hidup
Sumber: Kolekasi Pribadi

Adakah Manual Booknya?

Yang secara lengkap, terperinci, detail, akurat dan tanpa cacat memberikan petunjuk menyeluruh mengenai manusia, serta bagaimana menjalani hidup penuh sebagai manusia, bukan makhluk yang lain.

Sehingga dalam perjalanan siklus kehidupan, kerusakan fatal dapat dihindari, pemberdayaan fitur-fitur potensi tertinggi manusia mampu dilampaui juga selaras dengan visi dan misi manusia yang sejak jauh sebelum lahir, SOP untuk mencapai visi-misi tersebut sudah dibuat dan ditanamkan ke setiap individu.


Ya, Ada... 

Al-Quran, Manual Book Manusia
Sumber: koleksi pribadi

Manual book itu bernama AL-QURAN.

Yang secara runut, rinci, detail, akurat dan tanpa cacat menavigasi bagaimana caranya menjadi seorang manusia.   

Namun, seperti kebanyakan manusia dalam menyikapi manual book - enggan membacanya hingga tuntas, terlebih untuk memahami kemudian mengaplikasikan dalam kehidupan.    

Akan tetapi, sebagian manusia yang berusaha menjalani hidup secara maksimal, sehingga potensi tertinggi diri terlampaui, kemudian beriringan menyelesaikan setiap permasalahan dengan mengikuti arahan dan petunjuk human manual book, bersungguh-sungguh menjadikannya sebagai pedoman untuk melengkapi visi-misi sebagai manusia, akan menemukan kompas kehidupan di hati dan kepalanya. Kompas kehidupan inilah yang akan menuntun langkah demi langkah menyusuri "peta dunia". 

      Hilang arah, salah jalan, berada di track yang berbeda pasti akan ditemukan. Namun, karena sistem navigasi sudah terpatri di hati dan kepala, kembali ke jalan yang benar akan mudah untuk ditempuh, lalu.... "mengakhiri perjalanan" dengan senyum dan damai. 


Butuh Support System dalam mempelajari manual book 

Manusia terlahir cerdas untuk dengan mudah mempelajari berbagai hal, termasuk mempelajari manual book. Kecerdasan ini tidak berarti jika yang harus dipelajari adalah sesuatu yang jauh lebih kompleks dan rumit, seperti menerbangkan pesawat airbus A320 misalnya.  

Airbus A320 Cockpit
Sumber: airbus.com 

                                                 Airbus A 320 manual book (Sebagian kecil)
                                                Sumber: Worthpoint.com

Lulus tes masuk sekolah khusus pilot terbaik. Di Sekolah ini, calon pilot akan mempelajari teori dan praktek, dilanjutkan dengan serangkaian pelatihan standard operating procedures. Lalu, pelatihan simulasi di dalam kokpit pesawat buatan yang dioperasikan komputer, sebelum akhirnya praktek langsung menerbangkan pesawat airbus A320, termasuk didalamnya mendaratkan pesawat kurang lebih sebanyak enam kali. Belum termasuk pelatihan mengenai berbagai macam jenis mesin pesawat dan lain-lain. Dibutuhkan waktu sekitar dua tahun penuh sebelum menjadi fully equipped pilot. 

        Kembali ke Manusia. Mempelajari Al-Quran sebagai sumber dan rujukan utama, juga memerlukan pelatihan, training, kursus atau sekolah khusus, termasuk didalamnya guru dan mentor terbaik, serta pembelajaran yang berkesinambungan selama hidup, agar tidak salah menginterpretasikannya. Tinggal di Indonesia, memudahkan kita untuk melakukan hal ini. 

Hanya langkah-langkah kecil yang diperlukan untuk mau membuka lembar-demi lembar mukjizat terbesar manusia, Human Manual Book - Al-Qur'anul Karim

  

 








Tuesday, November 9, 2021

BUTUHKAH MOTIVASI DALAM DUNIA TULIS MENULIS ?


"MasyaaAllah, Tulisan aku ada yang baca loh!" pekikku pelan. Sumringah membuncah.

Bersyukur,

Bangga,

Bahagia dan

Tidak Percaya

-----------------------

Iyya, tidak percaya bahwa tulisan-tulisan itu dibaca orang lain, bukan hanya satu atau dua orang, melainkan ratusan orang, bahkan ada satu tulisan yang view-nya mencapai 3000 lebih.

Walaupun view tersebut tidak seberapa dan tidak bisa menjadi jaminan bahwa seluruh isi artikel dibaca tuntas oleh viewer, atau pun bukan sebuah acuan bahwa artikel diminati, namun buat saya, hal ini menjadi vitamin tersendiri untuk memotivasi bahwa hobi menulis ini mendatangkan manfaat, memberikan informasi bahkan mungkin inspirasi bagi pembaca.

-----------------------

Si - Dia Mengkritik

Namun sumringah di wajah perlahan mendatar ketika sebuah suara menyeru, 

"Udahlah kerjain yang bisa menghasilkan uang aja!"

Rasanya seperti ada panah es yang menghujam.

Boro-boro meluangkan waktu untuk membaca tulisan, sekedar selintas melirik judulnya pun enggan.

Memang, keterlibatan di salah satu platform berita digital, utamanya adalah untuk menyalurkan isi kepala dan meninggalkan jejak di dunia maya yang kelak bisa menjadi ladang amal ketika diri menutup usia.

Belum banyak artikel bahkan di platform tersebut, hanya sekitar 5 artikel saja. Sedangkan blog pribadi ini belum digarap secara serius.

Tapi, tahukah, bahwa untuk membuat dan menyelesaikan sebuah tulisan yang temanya agak berat dan serius itu tidaklah mudah, membutuhkan waktu, riset juga kemampuan - keahlian untuk merangkai kata dan mengolah informasi menjadi tulisan yang aktual, bermanfaat, informatif dan inspiratif sekaligus mudah dicerna dan enak dibaca oleh para pencari berita.

     Lagipula, tidak ada satu pun dari tulisan aku yang betul-betul dia baca.

          Sempat berharap ada sedikit kerlingan bangga atau minimal ikut senang dengan secuil karya, lalu tersadar, bahwa menulis itu panggilan jiwa, salah satu bentuk aktualisasi diri dan ikhtiar tidak seberapa agar diri bermanfaat bagi umat.

          Menulis bukan untuk membahagiakan orang lain dan menulis juga tidak diperuntukkan untuk membuat pihak lain bangga terhadap kita.

Kebahagian, kepuasan dan keindahan dalam menghasilkan sebuah tulisan hanya bisa dirasakan oleh sesama penulis dan penikmat aksara.

~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~

Self Motivation

Apakah lantas harus terpuruk ketika komentar kerap terdengar?

Tentu tidak! Kenapa.....

          Karena komentator itu tidak melihat apa yang kita lihat dan mereka juga tidak mampu merasakan apa yang kita rasakan. Baik itu rasa ketika ide-ide tulisan bergelora di kepala sampai dengan berhasil menuntaskannya dalam tulisan, ataupun rasa ketika pembaca tersentuh dengan rangkaian kata.

Tapi sudahlah, buktikan sebaliknya, biarkan karya yang berbicara. Karena akui saja, saat ini pencapaian belum apa-apa dan masih nol besar, jika tolok ukurnya adalah materi. Saat ini pencapaian terbesar pribadi adalah jika tulisan dibaca banyak orang dan di antara kalimat yang tersebar itu mampu mendatangkan manfaat buat pembaca. Sedangkan masalah materi, percaya dan yakin sekali dengan pengalaman para mastah di dunia ini, ketika fokus, serius dan profesional rizqi itu akan mengikuti. 

 Yakin dengan kekuatan diri, percaya dengan Hukum Tabur - Tuai, kita yang harus berubah. Berusahalah dengan giat, bukan meminta mereka untuk berkhidmat.




Sunday, November 7, 2021

TARIAN JIWA


Topeng-topeng setengah wajah

Dia, Wanita
Tersenyum dengan tatap tanpa makna
Diperempatan jalan raya
Memperagakan tarian jiwa

Dia, Pria
Air mukanya tanpa cahaya
Tersenyum dengan kerling menggoda
Kepada wanita yang memperagakan tarian jiwa

Keduanya menari dipusaran kepala
Sang wanita menelan ludah, tercekat
Sang pria berlalu cepat

Perempatan jalan itu pun kembali dipenuhi oleh air muka tanpa cahaya


Cinere, May 5, 2014

Friday, April 2, 2021

KETIKA LELAH MELANDA


..Menyesap nikmat secangkir kopi seraya tepekur di depan laptop..

         Sekelebatan fase-fase kehidupan melintas, dan Allah perkenankan di detik ini saya masih bisa menghirup udara segar serta berfungsi maksimal sebagai manusia, padahal dalam perjalanan hidup, tidak terhitung kejadian terbaik maupun tidak menyenangkan mampir menghampiri.

Jemari ini menggantung di atas keyboard, menunggu ketukan-ketukan rangkaian cerita kehidupan yang menjadi perpanjangan senyum, bahagia, harapan, optimisme dan bekal menapaki hari.


꙳꙳꙳꙳꙳꙳꙳꙳꙳꙳꙳

Terkadang, ketika rutinitas harian terus-menerus dijalani tanpa jeda, dengan segala polemik “drama” dunia, atau trauma masa lalu yang enggan pupus, mudah bagi kita terjebak untuk segera berputus asa, beriringan dengan kadar iman yang tanpa sadar tergerus pelan. Menyalahkan sekeliling atas keadaan diri, tidak sukar tersulut emosi hanya karena remah-remah masalah.
Hendak berkeluh kesah, sekedar mengeluarkan isi hati dan kepala, juga sekilas harap akan  ada pertolongan, namun ragu, telinga mana yang konstan bersedia mendengar dan mengulurkan tangan tanpa menghakimi. 

 

Familiar dengan keadaan seperti itu? Atau mungkin sekali dua pernah dialami?

Ketika situasi di atas sedang terjadi, berusahalah untuk "menepi" sejenak, "lepaskan" seluruh beban rutinas dan trauma barang sekejap untuk sekedar menikmati dan mengakui lelah itu, kemudian membiarkan sang lelah hilang, sampai diri betul-betul pulih. Barengi dengan istighfar intens, basuh dengan segarnya wudhu, seret langkah dan paksa tubuh untuk berlama-lama sujud, lalu tuntun tangan serta mata untuk menggenggam Al Qur'an dan takzim membaca rangkaian ayat, juga tafsirnya, yaa...tafsirnya. Hadiri majelis ilmu, online maupun offline, sediakan waktu untuk menuntut ilmu dan men-charge iman. 

Lakukan, sampai lelah perlahan pudar, ambil waktu yang diperlukan untuk self healing - tubuh memulihkan dirinya sendiri. Setelah itu, jalani rutinitas kembali ketika sudah merasa pulih. Biasanya ditandai dengan percikan bahagia yang entah datang darimana atau sengatan semangat baru yang mendadak muncul. Kembali berenergi untuk berjibaku dengan apapun itu. Saat hati sudah tenang dan senang, bolehlah berbagi cerita kepada sahabat untuk saling menguatkan.       

Jangan biarkan keringat dan airmata kita kering tanpa penuntasan, sebab, butiran keringat dan air mata itu kelak berpotensi menjadi gumpalan bola salju masalah yang tiba-tiba membesar tanpa bisa kita urai. 

Ingat dan yakinlah akan janji Allah dalam dua ayat di QS. Al-Insyirah:           

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan" 

Resapi tafsirnya, kesulitan hidup yang kita kembalikan penyelesaiannya kepada Allah, akan bermuara pada penyelesaian terbaik yang akan semakin mengembalikan dan meningkatkan kadar iman, dibandingkan dengan saat-saat hidup penuh kemudahan.

                                                           ꙳꙳꙳꙳꙳꙳꙳꙳꙳꙳꙳

Berlimpah syukur dengan segala kenikmatan rizqi yang dicurahkan dalam setiap  hembusan nafas.  

 

Wednesday, March 31, 2021

BELAJAR ONLINE ATAU OFFLINE ?

        


Digitalisasi dunia, tidak sanggup dihindari pun dibendung eksistensinya dalam kehidupan sehari-hari individu Indonesia. Adaptif, adalah kata kunci menyikapi perubahan zaman. Ada yang berlari kencang beriringan dengan kemajuan teknologi tinggi, atau terseok-seok langkah mengikuti perubahan, namun banyak pula yang mengalir biasa saja seiring arus utama. 

Yang pasti, bumi berevolusi tanpa menunggu kesiapan penghuninya. Siap atau tidak, kita berada di dalam pusaran evolusi, namun manusia penghuni bumi punya cara sendiri-sendiri untuk beradaptasi. Begitupun saat ini, ketika tiba saatnya seluruh manusia "dipaksa" melakukan mayoritas aktivitas keseharian dari dalam tempat tinggal masing-masing karena pandemi.      

         Aktivitas keseharian utama yang instan beradaptasi di awal pandemi adalah Bekerja, Belajar dan Belanja. Pilihannya sederhana, lakukan tiga B tersebut secara online atau tertular (resiko tertular tinggi jika melakukan tiga B secara offline).

Transisi perubahan, lambat dan bertahap sekalipun pasti menimbulkan reaksi, apalagi jika transisi perubahan dilakukan serta merta dan sekaligus, tanpa persiapan, tanpa tahapan-tahapan. Bukan reaksi lagi pastinya, akan ada gejolak yang timbul dan ini dialami di seluruh dunia, sampai pada satu titik, transformasi tersebut akan dirangkul bahkan menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari dengan segala kelebihan dan kekurangannya.   

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

            Bekerja dan belanja online, mungkin tidak akan terlalu ekstrem perubahan yang dirasakan, karena sebelum pandemi, tidak sedikit yang sudah menjalani bekerja jarak jauh, mengandalkan media online untuk berbisnis dan bekerja. Begitu juga dengan belanja, berlimpahnya market place dan platform digital yang menawarkan kemudahan berbelanja dari rumah jauh sebelum pandemi, membuat paparan berbelanja secara online mahfum dilakukan, mayoritas penduduk global mampu beradaptasi dengan mudah. 

Belajar Online 

        Mungkin saya tipe pembelajar konservatif, dimana proses menyerap ilmu baru bisa optimal ketika berhadapan langsung dengan "guru," melihat, mendengar dan merasakan langsung kehadiran guru didepan mata.

Buat saya, energi yang terpancar dari suara, tatapan dan ekspresi serta gerakan tubuh sang guru, membuat panca indra ini mampu merekam secara sempurna keseluruhan proses pembelajaran, termasuk ruang kelas serta lingkungan tempat belajar dengan interior dan eksterior khas yang sungguh memanjakan mata. 

Belum lagi kehadiran rekan-rekan sesama penuntut ilmu di sekeliling yang menularkan radiasi positif hanya dengan berada dekat-dekat mereka. Frekuensi yang sama membuat antene tubuh pun menangkap gelombang yang sama, booster sempurna untuk membuat sel otak menari-nari.

        Pernah beberapa kali mencoba ambil bagian di pembelajaran online, baik melalui Grup WhatsApp, Zoom, webinar, live streaming, dan lain-lain, namun hasilnya, fokus konsentrasi dan daya serap tak lagi sama, "bekas" yang tertinggal ketika pembelajaran berakhir tidak serupa, seperti ada bagian yang kosong, kepingan puzzle yang terlewat, utuh, namun tidak lengkap. Walaupun begitu, karena faktor umur dan pengalaman mungkin, kita-kita yang dewasa ini akan ikhtiar maksimal untuk mengerti dan paham materi guna menggenapi rangkaian ilmu.         

     Namun bagaimana dengan anak-anak dan remaja kita?  

Belajar online tidak menawarkan itu semua. Yaa, memang kasat mata, ada guru dan teman-teman di layar gadget, suara mereka pun bisa disimak, tapi tetap beda. 

Cara kita duduk, posisi guru menerangkan materi, mata yang harus fokus berjam-jam ke layar, tidak ada teman interaksi di kanan-kiri. Penglihatan dan pendengaran ini dipaksa menghadapi pemandangan "statis" selama berjam-jam, karena memang tidak memungkinkan di kelas online untuk berekspresi nyata seperti ketika ada di kelas.

(Terpaksa) lupa, kalau manusia pada dasarnya punya daya fokus terbatas akan sesuatu yang statis. Terlewat, kalau panca indera anak-anak dan remaja harus bisa dipuaskan dalam proses  pembelajaran untuk merangsang otak mereka. Terpaksa lupa juga kalau gaya belajar manusia itu berbeda-beda. Satu tahun pembelajaran jarak jauh belum mampu mengakomodir gaya belajar siswa visual, auditori, membaca/menulis dan kinestetik (VARK Learning styles). Situasi yang jauh dari sempurna memang, namun itu semua adalah situasi ideal yang mampu diakomodir Indonesia saat ini.    

        Proses pendidikan bukan hanya sekedar mengantarkan informasi dari sumber-sumber pembelajaran kepada siswa, tetapi juga melingkupi aspek perubahan perilaku yang diharapkan terjadi ketika proses pembelajaran berakhir. Kesabaran dan ketangguhan orang tua pendamping siswa lah yang dibutuhkan saat ini untuk menjadi penguat anak-anak.

Akan tiba saatnya nanti transisi kembali dari online menuju offline-adaptasi. Setelah satu tahun lebih, baik siswa, orang tua maupun guru menjalani kebiasaan belajar dan mengajar dari rumah, terbiasa dengan keriuhan mereka di rumah, tidak perlu bermacet-macet pergi dan pulang sekolah serta siswa yang bisa jadi terlanjur santai dan intens terpapar gadget, dan masih banyak lagi, kemudian, harus kembali bersekolah dengan tetap waspada terhadap Covid-19. Sudah siapkah ?                      







Monday, April 27, 2020

SUDUT PANDANG - IBU DAN COVIDEMIC2020

Source: Relaxnews

CovidDemic yang melingkupi sebagian besar Buminya Allah telah mengubah wajah Dunia. Indonesia tak terkecuali. Kegiatan harian rutin manusia Indonesia "dipaksa" berubah

Kegiatan Menjemput Rizqi
Kegiatan Menuntut Ilmu
Beribadah 
Ramadhan
Kegiatan Silahturahiim dan mempererat Ukhuwah  
Kegiatan Beraktivitas lainnya

Tidak ada yang siap menjalani seluruh perubahan itu sekaligus. Sekali lagi, tidak ada satu manusia pun yang siap menghadapi perubahan total kebiasaan secara menyeluruh dan mendadak. 

Namun, sudah naluri dasar manusia untuk MAMPU BERADAPTASI pada situasi apapun. Sebagian manusia cepat ber-manuver dan menyesuaikan diri bahkan mencari peluang untuk bermanfaat bagi ummat, sebagian lagi beradaptasi dalam fase yang lebih lambat, dan sepertiga terakhir terseret-seret dalam penyesuaian perubahan. 

Hanya ketika kita menyadari bahwa tubuh ini mampu beradaptasi dan Pikiran adalah hak mutlak diri untuk merangkul setiap keadaan, serta paham bahwa Selimut Bencana tidak bisa kita Ubah seberapa pun kerasnya mengeluh, maka, adaptasi akan terasa lebih Nikmat, terlebih ketika terasa bahwa Allah tak berjarak lagi.

          Menarik sekali ketika coba "Mengintip" keseharian teman-teman menjalani aktivitas dirumah saja selama CovidDemic. Tentunya aktivitas yang bisa tertangkap mata kala menjelajah dunia maya. 

Paling Jelas tersingkap dan membuat diri mengharu biru adalah Ummahat. Yaa, Sosok para ibu yang menjadi The Super Hero di masa transisi ini (tanpa mengecualikan peran ayah tentunya).

Coba simak,

Dengan satu-dua ataupun tiga anak (bahkan mungkin lebih) yang belajar dirumah secara online, juga tugas-tugas yang dikumpulkan secara online mungkin terlihat simple, tapi coba pakai penglihatan mikroskopik deh,

Jika anaknya masih di tingkat dasar, berarti sang ibu harus lebih aktif mendampingi, paling tidak memonitor tugas atau pun kuis yang diberikan guru; menjadi koreografer sekaligus kameramen dadakan jika tugasnya melibatkan pembuatan video untuk mata pelajaran yang menyangkut kegiatan motorik kasar, kinestetik anak dan presentasi verbal.

Kalau anaknya dua, dan keduanya masih sekolah dasar, bisa dibayangkan serunya. Belum lagi jika sang ibu yang (mungkin) masih (terpaksa) harus mencari nafkah, ke kantor atau menjadi tenaga medis, bisa dibayangkan level perjuangan para ibu.  

Beda cerita kalau yang belajar di rumah para remaja dan mahasiswa, kesadaran sudah lumayan tinggi untuk mandiri mengikuti jadwal belajar online yang ada, tapi tetap "teriakan-teriakan (sayang) khas ibu" sesekali masih terdengar:

"Mandi dulu" 
"Hayyoo, Sholat,,"
"Sarapan udah belum"
"Eeehh..malah tidur didepan laptop"
"Keluar sini, jangan di kamar terus"
dan lain-lain..

Ditambah sang ayah yang juga bekerja dari rumah, lengkaplah....

Artinya, Kompor, oven, microwave, panggangan lebih sering menyala, lebih rajin pesan makanan online. Beras yang biasanya satu karung awet sebulan, setengah bulan sudah habis. Isi kulkas yang jarang kosong melompong, bisa tiba-tiba bersih. Baru bikin sarapan sekitar jam 6-an, terus jam 9 kompor sudah hidup lagi. Selesai cuci piring jam 10, sudah mesti siap-siap buat makan siang. Cemilan sore?? Jadi wajib hukumnya sebelum lanjut persiapan makan malam.

Alhamdulillah, selama Ramadhan terpangkas sudah persiapan makan siangnya.

Jadi, terbayang isi kepala para ibu, the Real Super Hero ini.

Berpikir menu harian lengkap, tiga kali makan besar plus dua sampai tiga kali cemilan. Belum lagi memastikan kesehatan diri dan seluruh anggota keluarga, plus jadwal sekolah, tugas dan ujian anak sambil memantau perkembangan situasi terkini. Oyya, rumah yang mungkin terbiasa rapih tertata, berubah porak poranda, disisa tenaga masih berusaha membuat porak poranda itu (sedikit) lebih indah  😃  

Stress donk ? Belum Tentu..
Karena para ibu ini selalu punya cara untuk menghibur diri supaya bisa tetap tersenyum, tertawa dan bahagia 😍

Tidak jarang sambil memutar otak berpikir dan berikhtiar bagaimana caranya dapur bisa tetap "ngebul," baik dapur rumah maupun dapur tetangga, saudara dan kerabat. 
Banyak sudah ummahat yang turun tangan langsung dan tidak langsung membantu sesama dalam berbagai bentuk. Bantuan yang diberikan secara diam-diam dan bantuan yang diberikan secara terangan-terangan, Murni karena hatinya digerakkan Allah untuk menjadi perpanjangan tangan dari Rizqi yang DIA titipkan.

Artinya juga, banyak sekali ladang amal yang tanpa disadari tengah digarap, serta taburan pahala tengah berjatuhan, tertampung tanpa sengaja ditengah-tengah keringat ibu dan dari setiap suapan makanan yang masuk kedalam mulut suami dan anak. 

Belum lagi kebersamaan lengkap yang (biasanya) hanya dinikmati ketika libur Iedul Fitri saja. Sekiranya momentum #CovidDemic ini mampu menggenapi Ikhtiar setiap rumah tangga untuk menggapai Sakinah, Mawaddah dan Warrahmah, maka lakukanlah sebelum Allah panggil kita untuk menghadapNya.    

Tarik napas dalam sambil memejamkan mata ditengadah tangan kita, untuk bisa sejenak menata hati dan menghidupkan Cinta didiri, karena medan perjuangan sungguh berat. Hanya Cinta kepadaNya yang membuat ringan langkah ini di BumiNya.

MARHABAN YAA RAMADHAN

Thursday, December 12, 2019

"MENITIPKAN" ANAK


Ayah-Bunda, Berapa lama Allah MENITIPKAN anak-anak-mu dibawah Pengasuhan Langsung Tangan-mu?
Jangkauan Mata-mu?
Lembut dan Lantangnya kalimat-mu?
Pengajaran dan Suri Tauladan-mu?
Serta Perlindungan “Kepak” sayap mu ?

Terlalu Singkat ternyataHanya 3 sampai 4 tahun saja !

Yaa….hanya 3 sampai 4 tahun pertama kehidupan mereka, Selebihnya? Mulai ada “campur tangan” pihak ketiga di 24 jam hari-hari mereka, dalam berbagai macam bentuk.

Percayalah, 4 tahun itu bagaikan sekedipan mata, berlalu tanpa bisa kita “Pause” ataupun “Rewind”, tak peduli seberapa besar kita ingin mengulang masa itu.  

4 tahun pertama, siraman doa tak terputus hingga akhir hayat, kasih sayang, perhatian, memastikan tumbuh-kembang yang maksimal, juga sehat fisik dan mental.

4 tahun pertama, mengenalkan dan membuat mereka Mencintai Allah dan Rasul, menuntunnya membaca huruf demi huruf Hijaiyah, mengajarkan pelaksanaan Rukun islam--memperkenalkan rukun iman serta berusaha menjadi tauladan terbaik bagi mereka, dari mulai menjaga lisan dan nada suara, menjaga aurat dan adab serta membuat Ramadhan menjadi Indah, ditengah haus dan lapar mereka. Tak akan sempurna memang, ikhtiar maksimal kita dengan segala kekurangan dan kelebihan diri.


Kemudian,
Berapa Lama mereka berada dibawah Naungan Atap Rumah kita?

Bagi para Ayah-Bunda yang “Menitipkan” buah hati mereka di pesantren ataupun asrama ketika lulus sekolah dasar, hanya bisa menikmati kebersamaan itu selama lebih kurang 11 tahun, dikurangi dengan masa-masa mereka mengenyam pendidikan dasar 6 tahun, dimana sebagian besar waktu mereka habis di sekolah, tempat-tempat les dan kursus.

Pun yang melanjutkan ke sekolah menengah pertama non asrama, hanya mencecap sedikit kebersamaan, karena lebih dari 8 jam waktu dialokasikan untuk menuntut ilmu formal dan non formal.

Kemudian mereka melanjutkan jenjang SMA dan perguruan tinggi, kelak bekerja dan mencari nafkah, ataupun meminang dan dipinang jodoh mereka.

Sekali lagi, terlalu singkat kebersamaan dengan anak-anak kita, maka....Nikmatilah dengan segenap hati dan jiwa setiap detiknya, segala keriuhan, airmata, jeritan serta lugu wajahnya.

Karena...Jujurlah, ketika rumah mulai sepi, kajian-kajian selesai diikuti, Sang Imam keluarga mencari nafkah, kesibukan dunia mulai berkurang, terselisip sebersit rindu, hanya sekedar bisa memeluk dan mencium keningnya, seperti dulu ketika mereka kecil.

InshaAllah, tidak akan sia-sia ikhtiar maksimal ayah-bunda dalam merawat titipanNYA menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah. Totalitas kita memperlakukan titipan Allah tersebut akan menjadi cerminan kelak mereka akan memperlakukan kita di alam dunia dan alam kubur.



 Wallahu a'lam bish-shawab.  







Monday, April 15, 2019

3 DAYS 2 NIGHT - HONGKONG

          Alhamdulillah, Tahun ini "disuruh" ke Hong kong lagi, 3 hari 2 malam, melalui doorprize yang didapat suami dari acara kantor. Doorprize-nya berupa tiket pesawat pulang pergi dan menginap di hotel dengan budget yang cukup lumayan buat kami. 
Berangkat Sabtu, 13 April, 2019, penerbangan malam, mendarat sekitar jam 6 pagi waktu Hong kong. Sengaja ambil penerbangan tengah malam, supaya urusan domestik rumah bisa diselesaikan dulu, selain itu bisa menghemat biaya hotel dengan menghabiskan malam di pesawat. Kembali ke tanah air Selasa, 16 April, 2019 karena besoknya, 17 April, 2019 kami harus ikut pemilu, tidak mau melewatkan momen bersejarah ini di Indonesia.

         Akhir tahun 2017 lalu, kami sekeluarga beserta mama sempat menjejakkan kaki di Hong Kong, menginap di Kowloon Area, menjelajah ke Maccau dan Shenzen, tulisan lengkap perjalanan waktu itu bisa dibaca di Petualangan 3 Negara. Sehingga Itenerary kali ini berbeda dengan sebelumnya, dulu Kowloon, sekarang Hong Kong Island. 3 hari 2 malam, jadwal acara disusun sedemikian rupa supaya banyak area yang bisa didatangi tanpa mengurangi kesempatan menikmati perjalanan dan eksotisme Hong Kong.

           Lantau Island, Ngongping Cable Car dan City Gate Outlet jadi persinggahan pertama begitu mendarat. Hong Kong International Airport terletak di Lantau Island, pulau yang sama dengan wisata Ngongping Cable car berada. Titip koper di bandara kemudian lanjut ke Ngongping dengan bis. Serunya menikmati Cable Car dan menjelajah Ngongping Village, bisa dibaca disini.

HKIA - Menuju ke terminal bus

Tampak di kejauhan Gedung Citygate Outlet




Citygate Outlet Shopping Mal
Pintu masuk naik Cable Car


        Setelah puas di Ngongping 360, kita kembali ke bandara, ambil koper dan naik bis menuju ke hotel di daerah Wanchai, Hong Kong Island. The Charterhouse, hotel tempat kita menginap memang lebih mudah diakses melalui bis dibandingkan dengan naik MTR (Mass Transit Railway). Selepas check in, tempat pertama yang mau didatangi adalah Ammar Mosque and Osman Ramju Sadick Islamic Center untuk sholat dan makan dimsum halal di kantinnya yang terkenal dan populer dikalangan travel blogger. Lanjut mencicipi naik Ding Ding Tram dan menghabiskan sore di Victoria park. Memasuki malam, Causeway bay dan Time Square jadi incaran, berusaha menangkap momen kemeriahan malam di kawasan tersibuk di Hong Kong Island.









Kantin Halal didalam Mesjid

Suasana di dalam kantin - masih sepi


Menu Andalan - Dimsum dan Gorengan


The Charterhouse, berada di Wanchai Area, termasuk strategis, cukup berjalan kaki jika mau ke Time Square ataupun Causeway Baydekat dengan pasar, mudah mengakses beberapa jenis transportasi serta dekat dengan mesjid, hanya beberapa langkah saja dari hotel, ini yang terpenting sehingga makanan halal mudah didapat dan berkesempatan untuk merasakan sholat berjamaah dengan muslim negara setempat. Selain hotel tersebut, ada beberapa hotel yang bisa jadi rekomendasi, dilihat dari aspek kenyamanan hotel dan kemudahan aksesibilitas kebutuhan dasar traveler muslim, Butterfly on Morrison Street hotel dan JJ Hotel bisa jadi pilihan karena keduanya berada di area Wanchai juga.

The Charterhouse Hotel


Pintu masuk The Charterhouse 
Pemandangan dari jendela Kamar 


           Sebelum mengunjungi Victoria Garden dan naik Ding Ding Tram, masuk dalam jadwal untuk makan dimsum lagi dan beli persediaan dimsum untuk bekal kami jalan-jalan, karena agak susah cari restoran atau makanan halal di Hong Kong. Sebetulnya ada niatan untuk sekali lagi berkunjung ke Shenzhen, ternyata update terbaru, Visa On Arrival (VOA) untuk warga Negara Indonesia sudah tidak bisa lagi semenjak Augustus, 2018. Peraturan mengenai negara mana yang bisa atau tidak mendapatkan VOA ini memang sepenuhnya otoritas dari pemerintah China, karena sebelumnya VOA tersebut masih diperbolehkan untuk WNI laki-laki sebelum akhirnya tidak diperbolehkan sama sekali. Harus rajin cek update terbaru mengenai VOA di Shenzen, karena bisa saja peraturan tersebut berubah lagi. 

Ding Ding Tram


Victoria Park


Salah satu sudut Victoria Park

             Oyaa,  di Hong Kong itu ada salah satu jaringan toko kosmetik retail yang besar dan terkenal, namanya SASA, tokonya tersebar di penjuru Hong Kong. Jadi hari kedua ini, diniatkan untuk cuci mata di Sasa, walaupun saya bukan penggemar kosmetik, tapi Sasa bisa bikin betah. Setelah puas di Sasa, Eskalator-Central-Mid-Levels yang jadi incaran. Eskalator ini adalah eskalator terlama dan terpanjang di dunia, termasuk salah satu sarana transportasi juga, karena di setiap tingkatnya, kita bisa menuju ke lokasi lain yang berbeda. 




"Petualangan" naik Central Mid Levels Escalator, yaa...bisa disebut petualangan, karena sepanjang perjalanan ada sensasi unik, pemandangan sepanjang eskalator juga membuat mata terjaga, sedangkan di ujung eskalator betul-betul membawa kita ke suasana yang jauh berbeda. 

Ada beberapa alternatif ketika eskalator berakhir, namun kita memutuskan untuk ke Tai Kwun Heritage and Arts Center dan keputusan ini tidak kami sesali. Banyak area yang bisa dijelajahi, toko souvenir juga cafe ataupun sekedar duduk santai di bawah pohon rindang. Puas berlama-lama di Tai Kwun Heritage and Arts Centre, kita singgah ke time square dan makan malam serta sholat di Ammar Mosque sebelum kembali ke hotel.


Perjalanan menikmati eskalator terpanjang di dunia

Papan Penunjuk arah di Tai Kwun-Heritage & Arts Centre
          
Tai Kwun -  Heritage & Arts Centre

Tai Kwun -  Heritage & Arts Centre




Lelah memang, tapi semangat masih tersisa untuk sekedar mencicipi suasana malam di time square sebelum akhirnya kaki harus menyerah. 


Suasana Malam di Time Square






Tiga hari dua malam yang terasa singkat, namun meninggalkan kesan tersendiri bagi kami. Wisata alam dan wisata manusia, begitu selalu saya menyebutnya, kembali ke tanah air dengan suka cita dan rasa syukur yang semakin berlimpah.